NGERANG DUSUN BERSEJARAH
A. DUSUN NGERANG
Kata Ngerang, banyak versi yang menyebutkan. Menurut sebagian sesepuh dusun Ngerang, Ada yang mengatakan bahwa Ngerang berasal dari kata Sliweran dan Pating Kliwerang[1]. Ketika beliau berdakwah
dan menempati dusun tersebut, banyak demit yang mondar – mandir alias
sliweran dan pating kliwerang (bahasa jawa). Demit – demit tersebut
sangat meresahkan dan menganggu warga dari kekhusyu’an untuk ikhtiar
serta beribadah kepada Allah SWT, Maka demit –
demit itu dapat diselesaikan dan dikalahkan serta diusir oleh beliau
dari dusun itu. Oleh karenanya, dusun tersebut disebut Ngerang.
Ada
juga yang mengatakan bahwa dusun Ngerang dahulu bernama Werang, karena
berjalanya waktu demi waktu, lambat laun menyebabkan dialek orang dusun
tersebut akan menjadi berubah, disamping itu juga karena sulitnya lidah
orang jawa menyebutkan kata werang, maka kata Werang menjadi Ngerang[2].
Disisi
lain juga ada yang mengatakan, bahwa ketika beliau berdakwah untuk
menyebarkan Agama Islam tidak terlepas dari rintangan dan halangan. Yang
mana hal itu, menyebabkan beliau harus terlibat
dengan peperangan demi untuk mensukseskan misi dakwah penyebaran agama
islam. Maka dusun tersebut dinamakan dusun Ngerang[3].
Dusun
Ngerang Tambakromo sebagai tempat terakhir untuk menetap dan
menenangkan diri, setelah sekian lama memanfaatkan umur beliau untuk
berjuang menegakkan dan membumikan agama islam, dari tempat satu
ketempat yang lain, demi untuk mencapai ibtigho’an mardhotillah ( mencari ridho ) Allah SWT di bumi ini, lebih-lebih di akhirat.
Supaya dapat khusu’ dan konsentrasi serta istiqomah dalam merealisasikan pendidikan untuk mentransfer ilmu keagamaan kepada murid – murid beliau secara khusus dan kepada semua umat islam pada umumnya, serta dapat berjalan dengan baik dan sukses serta eksis, maka beliau menetap di Dusun Ngerang.
Dengan
adanya pengalaman Nyai Ageng Ngerang dalam melanglang buana untuk
berdakwah, menyebarkan dan membumikan Syariat Agama Islam tersebut. Yang
Semua itu tidak terlepas dari berbagai coba’an, rintangan dan halangan,
maka membuat beliau memahami dan mengerti jatidiri dan seluk - beluk
kehidupan yang sebenarnya dan hakiki. Beliau selalu dapat sabar dan
mengedepankan perdamaian, kekeluargaan dan kasih sayang diantara semua
umat.
Dusun Ngerang adalah dusun kecil yang merupakan bagian dari desa Tambakromo, kecamatan Tambakromo, kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dusun
Ngerang terkenal dengan sebutan Pati Kidul. Dusun yang keberadaanya
sangat jauh dari keramaian kota dan kebisingan deru laju kendaraan,
sekitar 17 Km, sebelah selatan kota Pati. Kegiatan penduduk Dusun
Ngerang sebagian besar adalah bertani dan bercocok tanam.
Keadaan
ekonomi dusun Ngerang tergolong menengah kebawah, sehingga sebagian
penduduknya ada yang merantau untuk mengais rizkii didaerah lain. Setiap pagi, penduduk dusun Ngerang tidak pernah menyurutkan
langkah kaki, selalu menggeliat, dan menyingsingkan lengan baju serta
berusaha dengan sekuat tenaga dan banting tulang untuk mencari rizki, ikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT. Demi memenuhi kebutuhan hidup dalam hidup dan kehidupan sehari – hari. Semua itu, dengan harapan dapat mencapai dan meraih masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Karena hidup bahagia dan berkecukupan adalah merupakan cita-cita setiap orang.
Ngerang adalah sebuah dusun kecil yang sejuk, aman dan nyaman serta alamnya yang begitu rindang, serta segarnya udara pedesaan yang letaknya di lereng gunung Kendeng. Dusun Ngerang yang keberadaanya sangat sejuk, dapat membuat orang luar daerah sangat penasaran. Sehingga Banyak orang yang senang
untuk menyempatkan diri, melihat kenyamanan dan kesejukan dusun Ngerang
yang sudah dikenal dari berbagai penjuru diseluruh Indonesia.
Sebagian warga dusun Ngerang ada yang berasal dari daerah lain, yang hanya
untuk mengais rizki dan sekaligus bertempat tinggal di dusun Ngerang,
walaupun ada yang hanya tinggal sementara. Ada juga yang menetap sampai
bertahun – tahun, antara lain, orang Cirebon, Brebes, Indramayu dan lain sebagainya .
Sebagaimana
yang yang disebutkan diatas. Kiranya apa yang telah diketahui oleh
banyak orang, bahwa dusun Ngerang dahulu adalah dusun kecil yang
penduduknya mayoritas bertani dan bercocok tanam. Kehidupan penduduknya
jauh dari harapan karena keberadaan ekonominya adalah menengah kebawah, Walaupun
demikian dusun Ngerang sangat menyimpan sejarah panjang. Disamping
populer disebut dusun santri, karena begitu banyaknya Taman Pendidikan
Al - Qur’an ( TPQ ) dan sebagian juga ada pesantrenya. Dusun
Ngerang sekarang menjadi berkah atas keberadaan makam Nyai Ageng
Ngerang, karena penduduk Ngerang sangat menghormati dan mengenag
selamanya atas jasa – jasa beliau dan sekaligus karena beliau merupakan
cikal bakal dusun Ngerang.
Dengan
keberkahan dan keramat beliau, dusun Ngerang Tambakromo sangat dikenal
banyak orang, dengan berbagai banyak usaha, yaitu disamping ada perusaan
kayu, toko elektronik, bengkel dan lain – lain, juga ada diantaranya, yang
sangat dikenal banyak orang adalah warung makan, baik siang maupun
malam hari. Sehinnga banyak orang, bahkan dari luar daerah menyempatkan
diri untuk mampir untuk mencari makanan di dusun tersebut, Karena
walaupun dimalam hari, bentuk dan menu makanan apapun semua tersedia.
Ngerang terkenal dengan adanya warung makan 24
jam, sehingga orang luar daerah yang bermalam di dusun Ngerang tidak
Mengalami kesulitan dalam mencari makanan, ketika mau sahur untuk
berpuasa, atau Cuma untuk mengganjal perut yang lagi keroncongan, semua
ada di dusun Ngerang. Menu special warung dusun Ngerang adalah “nasi gori” (sego tewel).
Menu makanan tersebut sudah dikenal dan tidak asing lagi ditelinga
banyak orang, baik dari daerah setempat maupun luar daerah, karena menu
spesial yang ditampilkan sangat menggugah selera makan seseorang. Dengan
nasi dan tempe serta sayur gori yang serba hangat membuat banyak orang
yang ketagihan untuk datang kembali, menikmati kelezatan nasi dengan
menu makanan tersebut.
Dusun Ngerang juga
menjadi obyek ziarah umat islam dari berbagai daerah, sebab di dusun
ini pernah hidup seorang suci, waliyullah yang sekaligus punya keturunan
bangsawan / darah biru dari Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya V, Prabu
Kertabumi. Raja Brawijaya V telah menurunkan Raden Bondan Kejawan,
Lembu Peteng. Dan Raden Bondan Kejawan menurunkan Nyai Ageng Ngerang,
Nama beliau adalah Siti Rohmah Roro Kasihan yang sekarang populer
disebut Nyai Ageng Ngerang. Siti Rohmah Roro
Kasihan adalah nama asli beliau, tapi nama julukan beliau banyak sekali.
Disuatu saat akan berubah nama beliau, jikalau sedang melakukan dakwah
ditempat lain. Karena pada saat berdakwah kadang - kadang melibatkan
pertempuran maupun peperangan, maka nama beliau harus dirubah, demi
untuk mensukseskan misi dan visi dakwah beliau.
Nyai
Ageng Ngerang adalah seorang waliyullah yang telah banyak melintasi
perjalanan ritual yang sangat keras dan tinggi. Terbukti dengan adanya
sebidang tanah yang tidak begitu luas, dibagian sebelah selatan makam
beliau, ada sebuah tempat munajat dan pertapaan serta meditasi beliau
yang diberi nama “punthuk”, tanah yang menjorok keatas sedikit, bila
dibandingkan dengan tanah yang berada dikiri kananya. lebar
dan panjangnya sekitar 2 m², ditempat tersebut, apapun namanya tumbuhan
tidak bisa tumbuh dan membesar, karena tempat tesebut banyak mengandung
nilai mistis dan penuh dengan spiritual.
Dan
juga ada tempat yang diberi nama muludan, sebelah utara makam belaiu.
Tempat ini merupakan bukti kecintaan beliau terhadap Rasulullah yaitu
dengan pembacaan maulid dan mujahadah, maka karenanya beliau mendapat
julukan “Pecinta Maulid”.
Muludan
adalah Tanah kecil yang panjang dan lebarnya sekitar 10 m², akan tetapi
walaupun kecil arealnya, tapi juga keberadaanya juga sangat mengandung
nilai mistis dan spiritual yang tinggi, karena di tempat tersebut dapat
memuat semua warga dusun Ngerang, ketika mengadakan acara ditempat itu,
seperti sedekah bumi, bari’an dan lain sebagainya.
Beliau telah berjasa besar dalam merintis dan menyebarkan serta membumikan Agama Islam di Nusantara ini. Hal itu terbukti dengan mata telanjang, begitu maraknya para zairin – zairot dari berbagai penjuru Indonesia.
Dengan berbagai upaya dan usaha kaum muslimin untuk sampai kepada makam
beliau, untuk mendapatkan sesuatu yang berkah dalam hidup dan kehidupan
manusia itu sendiri dengan bertawasul kepada beliau untuk meminta
kepada Allah SWT.
Banyak orang yang datang dari daerah jauh dan ingin munajat dan meminta
kepada Allah dan mendoakan beliau serta bertawasul ( lantaran ) kepada
beliau yang menjadi kekasih Allah. Supaya maksud dan tujuanya untuk
mengharapkan berkah, manfaat dan mengambil suri
tauladan yang baik dari beliau, dapat dikabulkan oleh Allah SWT, dalam
perjuangan dan berdakwah menyebarkan Agama Islam.
Perjuangan
dan dakwah beliau dapat dikenang dan diambil sebagai suri tauladan yang
baik utnuk selamanya, Terutama pada tanggal 1 muharram yang sering
diperingati secara khidmat dan seksama sebagai hari ulang tahun atau
haul beliau, peringatan tersebut dilaksanakan dengan sangat meriah,
Karena yang hadir tidak hanya kaum muslimin dari
warga dan daerah setempat saja, akan tetapi juga dari segala penjuru
Indonesi. Termasuk keturunan beliau dari Keraton Surakarta Hadiningrat
beserta rombongan, setiap kali peringatan haul beliau dilaksanakan,
rombongan dari keraton hadiningrat selalu menyempatkan diri untuk bisa
hadir dan memeriahkan serta mendoakan beliau.
Supaya beliau selalu mendapat tempat yang layak disisi Allah dan
akhirnya berkah dan keramat beliau mengalir kepada kita semua.
Janji beliau dimasa hidupnya, siapapun mereka dan lebih – lebih sebagai anak dan
cucu beliau yang mau mendoakan dan merawat beliau dengan baik serta
bertawasul kepada beliau untuk meminta kepada Allah, Maka beliau tidak
akan lupa untuk memperhatikan dan mendaoakanya juga kepada Allah, supaya
semua maksud dan tujuanya benar-benar dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu
diberikan keselamatan, baik di dunia maupun akhirat, walaupun dimana mereka bertempat tinggal dan mencari serta berihktiar, insyaAllah berkah dan keramat beliau selalu menyertainya.
Dengan
adanya makam dan keramat beliau didusun Ngerang, membuat dusun Ngerang
Tambakromo menjadi maju dalam berbagai hal pembangunan, baik dalam
bentuk mental maupun spiritual. Sehingga dusun tersebut menjadi dusun
yang baldatun, toyyibatun, warobbun ghofur (dusun yang baik, aman dan nyaman serta bermanfaat baik di dunia dan akhirat ). Semua itu seperti
halnya yang dicita – citakan dan diharapkan oleh Nyai Ageng Ngerang
dalam bertualang untuk misi dakwah dari tempat yang satu ketempat yang
lain tanpa lelah dan putus asa, karena ikhlas hanya untuk Allah SWT.
Akhirnya beliau dipanggil oleh Allah SWT dan jasad beliau dimakamkan di dusun Ngerang Tambakromo Pati Jawa Tengah.
MANAQIB NYAI AGENG NGERANG
A. ASAL - USUL NYAI AGENG NGERANG
Nyai Ageng Ngerang mempunyai nama asli Siti Rohmah Roro Kasihan[1].
Walaupun disisi lain, ada yang mengatakan bahwa nama beliau banyak
sekali, bahkan sampai 24 nama, akan tetapi itu hanya nama samaran ketika
beliau mengadakan peperangan dengan bertujuan untuk berdakwah,
menyebarkan agama Islam, Supaya tidak diketahui jatidiri beliau
sebenarnya. Karena kalau nama asli beliau yang dipergunakan, justru akan
menghambat misi perjuangan dakwah beliau.
Beliau adalah merupakan seorang waliyullah yang banyak disegani banyak orang, karena
disamping beliau mempunyai keturunan bangsawan / darah biru dari Raja
Brawijaya V, juga beliau seorang Waliyullah yang gigih dan berani untuk
menegakkan kebenaran serta Penyayang dan Melindungi kaum yang lemah dan
teraniaya.
Beliau
senang sekali terhadap orang yang kehidupanya sederhana serta suka
membantu orang yang mengalami kesusahan dalam menghadapi problema
kehidupan yang tak kunjung sirna, selama mereka mau bertawasul kepada
Beliau. Sesuai dengan namanya Siti Rahmah Roro Kasihan adalah seseorang
yang suka menaruh belas kasihan / iba dan memberi kasih sayang terhadap kaum muslimin yang ingin mendoakan dan sekaligus membutuhkan bantuan beliau ( Tawasul kepada beliau ) untuk meminta kepada Allah SWT.
Beliau mempunyai pandangan yang jauh dan luas dalam hidup dan kehidupan manusia secara hakiki. Sebagai seorang sufi yang
tidak senang dengan kemewahan dunia belaka, maka hidupnya diabdikan dan
tawakal kepada Allah untuk berjuang menegakkan agama islam dengan
berdakwah dari tempat satu ketempat yang lain, yang beliau anggap tepat
sasaranya.
Menurut
apa yang dituturkan dari berbagai sumber dan catatan – catatan
bersejarah, bahwa beliau berasal dari kerajaan majapahit tepatnya pada
masa pemerintahan Raja Brawijaya V, Prabu Kertabumi, yang telah
menurunkan Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng. Raden Bondan kejawan mempunyai istri Dewi Nawangsih. Dewi Nawangsih merupakan Putri dari Nawang Wulan dan Nawang Wulan adalah istri dari Ki Jaka Tarub, Kidang Telangkas[2].
Raden Bondan Kejawan menurunkan tiga putra, yaitu Ki Ageng Wanasaba, Ki Ageng Getas Pandawa dan Putri yang bungsu bernama Nyai Ageng Ngerang / Roro Kasihan[3].
Adapun
sejarah kedatangan beliau menurut catatan ahli tarikh. Pada waktu itu
beliau hidup dalam kerajaan yang syarat dengan banyak aturan duniawi,
serta terbelenggunya kegiatan penyebaran agama islam, oleh karena itu,
beliau melakukan melanglang buana dalam rangka misi dakwah dengan
menjauhkan diri dari kerajaan tesebut untuk benar – benar dapat
menemukan kehidupan yang hakiki dan diridhoi ilahi robbi. Dengan
uzlah (mengasingkan diri) dan berdakwah agama islam, dengan sistim
berpindah tempat, dari tempat satu ketempat yang lain, termasuk pernah
singgah ditanah muria, dan akhirnya beliau mendapatkan wilayah yang
layak dan tepat untuk berdakwah yaitu di Pati kidul, tepatnya di dusun
Ngerang Tambakromo Pati.
Dalam
cerita masyarakat, bahwa pada saat berkumpul dan musyawarah beserta
para saudara, Auliya dan penggede pada saat itu, untuk menentukan
langkah selanjutnya dalam misi perjuangan dakwah. Beliau kadang
diremehkan, karena seorang perempuan. “Perempuan identik dirumah dan
tidak bisa berbuat apa-apa, bagian perempuan hanya sedikit (setengah
bagian dari laki-laki), lain halnya dengan bagian laki-laki ”, karena
langkah seorang perempuan itu sempit dan tidak bisa mendapatkan wilayah
kekuasaan yang begitu luas. Oleh karenya menurut beberapa versi, beliau
langsung membakar Slendang Kemben yang menjadi
warisan dari nenek beliau Nawang Wulan dan Ki Jaka Tarub. Dan beliau
berkata, “Langes dari bakaran slendang ini yang dibawa angin, dimanapun
jatuhnya, dan tempat yang kejatuhan langes tersebut akan menjadi Bumi Ngerang. Ada
juga yang mengatakan bahwa slendang beliau di hamtamkan keatas udara
dan keluar percikan api dan percikan api tersebut mengeluarkan sisa yang
dinamakan langes.
Menurut
versi lain bahwa beliau membuat perapian dengan membakar sisa batang
padi, kemudian langes dari perapian tersebut ditiup angin dari hembusan
Slendang Kemben beliau. Kemudian langes tersebut dimanapun jatuhnya akan
membentuk bumi Ngerang.
Dengan melihat kejadian tersebut, konon saudara-saudara beliau juga tidak
mau kalah dengan apa yang telah dilakukakanya, maka tidak berfikir
banyak, saudara-saudara beliau kemudian membakar kaosnya. Dimanapun
langes bakaran dari kaos tersebut jatuh, maka akan membentuk bumi / tanah muria. Dengan
demikian itu bumi Ngerang dan bumi muria terdapat dimana-mana. Dan bumi
tersebut tidak ada yang kuat menempatinya ( banyak problem dan masalah
kehidupan yang dihadapinya ), kecuali yang memanfaatkan adalah anak dan
cucu beliau.
Didalam perjalanan perjuangan dakwah Nyai Ageng Ngerang sangat penuh dengan cobaan, rintangan dan halangan. Tapi itu semua, tidak membuat beliau jera dan putus asa, karena perjuangan untuk membumikan syariat agama Islam, syarat dengan halangan dan rintangan. Perjuangan beliau berakhir didusun Ngerang Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Akhirnya beliau membangun masjid
dan tempat tinggal sebagai wadah untuk istiqomah dalam berdakwah di
dusun Ngerang tersebut, tepatnya di muludan, sebelah utara makam beliau.
Makam Beliau ada di dusun Ngerang kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, tanah pemakaman beliau disebut dengan istilah sentono (
tanah kerajaan ), karena dahulu ditempat itu merupakan sebuah kerajaan
dimasa hidup beliau. Makam beliau sangat dikeramatkan, dihormati dan
dirawat serta dijaga oleh warga dusun Ngerang Tambakromo Pati dengan
baik, karena beliau selain sebagai pejuang islam yang tangguh, juga
beliau merupakan cikal bakal dusun Ngerang Tambakromo.
B. SILSILAH KETURUNAN BELIAU
Menurut beberapa catatan dan keterangan dari berbagai sumber,
termasuk dari Keraton Surakarta Hadiningrat, bahwa Nyai Ageng Ngerang
mempunyai nama asli Siti Rohmah Roro Kasihan, setelah menikah dengan Ki
Ageng ngerang, nama beliau berubah menjadi Nyai Ageng Ngerang. Beliau mempunyai
tali lahir maupun batin dengan sultan – sultan dan guru besar agama
yang bersambung pada Raja Brawijaya V, raja majapahit Prabu Kertabumi,
Beliau diberikan nama dengan sebutan Nyai Ageng Ngerang dan makamnya
ada didusun Ngerang Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, ada beberapa
versi yang mengatakan, beliau senang membantu orang yang sedang di
ganggu demit dan termasuk didusun Ngerang juga banyak demit yang pating
sliwerang, kemudian dikalahkan dan diusir oleh beliau dari dusun itu, maka oleh karena itu beliau disebut Nyai Ageng Ngerang.
Dilihat
dari silsilah beliau kebawah dan seterusnya. Nyai Ageng Ngerang yang
makamnya di Ngerang Tambakromo Pati adalah Nyai Ageng Ngerang, Siti
rohmah Roro Kasihan. Beliau di peristri Ki Ageng Ngerang I.Ki Ageng Ngerang I Putra dari Syaihk Maulana Malik Ibrahim.[4] Dan atas perkawinan Nyai Ageng Ngerang dan
Ki Ageng Ngerang I, beliau mempunyai dua orang Putra, Pertama adalah
seorang putri dan belum diketahui dan dijelaskan namanya didalam buku –
buku maupun sumber lain. Putri Beliau yang pertama diperistri oleh Ki
Ageng Selo[5].
Dan Ki Ageng Selo adalah putra dari Ki Ageng Getas Pendawa. Putra yang
kedua beliau adalah Ki Ageng Ngerang II yang disebut Ki Ageng Pati,
makamnya sekarang berada di Ngerang Pakuan Juana,
Ki Ageng Ngerang II mempunyai empat putra yaitu Ki Ageng ngerang III, Ki Ageng Ngerang IV, Ki Ageng Ngerang V dan Pangeran Kalijenar.
Sedangkan Ki Ageng Ngerang III, Makamnya sekarang ada di Laweyan solo Jawa Tengah[6]. Ki Ageng Ngerang III ini yang telah menurunkan Ki Ageng Penjawi. Ki Ageng Penjawi, orang yang
pernah menjadi Adipati Kadipaten pati setelah gugurnya Arya Penangsang,
Arya Penangsang adalah adipati Jipang Panolan dan Arya penagnsang
adalah putra Pangeran Sedalepen.
Ki
Ageng Penjawi sangat berjasa dalam menumpas pemberontakan yang
dilakukan oleh laskar Soreng yang dpimpin oleh Arya Penangsang, untuk
membunuh semua keturunan Sultan Trenggono, karena iri hati. Sedangkan Ki
Ageng Penjawi sebagai panglima perang bersama Danang Sutawijaya, Ki
Juru Mertani, Ki Pemanahan ( tiga Serangkai ) akhirnya dapat mengalahkan Arya Penangsang beserta bala tentaranya.
Dari
silsilah Nyai Ageng Ngerang keatas, beliau menjadi Putri bungsu Raden
Bondan Kejawan, Lembu Peteng, atas pernikahanya dengan Dewi Nawangsih. Dan Raden Bondan Kejawan sendiri merupakan Putra dari Raja Brawijaya V, Raja majapahit, Prabu Kertabumi. Raja Brawijaya bertahta pada tahun 1468 – 1478 M[7].
Ayah
Nyai Ageng Ngerang masih saudara Raden Patah. Raden Patah adalah orang
yang pertama kali menjadi Sultan pada Kerajaan Islam pertama di pulau
jawa, yaitu Kasultanan Demak Bintoro. Kerajaan islam pertama dijawa yang
didirikan oleh Raden Patah dan Raden Patah bergelar “Akbar Alfatt” Raden Patah juga Putra Raja Brawijaya V dengan ibu keturunan Champa, daerah yang sekarang adalah perbatasan Kamboja dan Vietnam.
Hubungan Nyai Ageng Ngerang dengan Jaka Tarub, Kidang Telangkas. Jaka tarub mempunyai istri bernama Nawang Wulan. Nawang Wulan dan Ki Jaka Tarub mempunyai Putri Nawangsih dan Nawangsih diperistri Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng. Dan
dari perkawinan Raden Bondan Kejawan dan Nawangsih, telah menurunkan
tiga putra, pertama Syaikh Ngabdullah yang sekarang terkenal dengan
sebutan Ki Ageng Wanasaba, dan putra kedua adalah Syaikh Abdullah yang
terkenal dengan sebutan Ki Ageng Getas Pandawa dan yang bungsu adalah
Siti Rohmah Roro Kasihan yang terkenal dengan sebutan Nyai Ageng Ngerang[8].
Hubungan
Nyai Ageng Ngerang dengan Sunan Muria, bahwa Sunan Muria merupakan
saudara Nyai Ageng Ngerang yang kesekian kalinya. Dengan melihat
beberapa versi tentang silsilah orang tua Sunan muria. Versi pertama
mengatakan bahwa Sunan Muria anak Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh binti
Maulana Ishaq, padahal anaknya sunan Kalijaga yang bernama Raden Ayu
Penengah menjadi istri Ki Ageng Ngerang III, oleh karena itu dapat tarik
kesimpulan bahwa Sunan Muria bukan menantu Nyai Ageng Ngerang, seperti
yang disebutkan dalam cerita masyarakat, bahwa Dewi Roroyono menjadi
Putri Nyai Ageng Ngerang dan diperistri Sunan Muria. Sunan Muria
merupakan keponakan Nyai Ageng Ngerang dari Sunan Kalijaga.
C. SAUDARA – SAUDARA BELIAU
Seperti
yang disebutkan diatas. Diceritakan bahwa pada sekitar tahun 1468 –
1478 M. ada seorang Prabu Kertabumi yang bertahta, raja Brawijaya V.
kerajaan Majapahit yang menikah dengan seorang putri yang bernama Dewi
Wandan Kuning. Atas pernikahan itu menurunkan putra bernama Raden Bondan Kejawan, Lembu Peteng. Dan dari perkawinan Raden Bondan Kejawan dan
Dewi Nawangsih yang menjadi putri Ki Ageng Jaka Tarub dan Nawangwulan.
Pernikahan Raden Bondan Kejawan dan Dewi Nawangsih mempunyai tiga orang
Putra yaitu :
- Ki Ageng Wanasaba
- Ki Ageng Getas Pendawa dan
- Nyai Ageng Ngerang / Roro Kasihan
1.
Ki Ageng Wanasaba, yang nama aslinya adalah Kyai Ageng Ngabdullah
merupakan kakak kandung Nyai Ageng Ngerang yang pertama / sulung, yang
sekarang makamnya ada di daerah yang bernama kabupaten Wonosobo,
tepatnya di desa Plobangan Selo merto[9].
Dalam
masa hidupnya, Ki Ageng Wanasaba juga sebagai seorang Pemimpin yang
yang hebat dan karismatik. Ki Ageng Wanasaba dikenal juga dengan julukan
Ki Ageng Dukuh, akan tetapi desa Plobangan lebih dikenal dengan Ki wanu
/ Ki wanusebo. Perbedaan nama tersebut disebabkan dialek daerah
Wanasaba tersebut terpengaruh oleh dialek Banyumas.
Ki
Ageng Wanasaba dipercaya dan diyakini sebagai waliyullah, yang telah
melanglang buana keberbagai tempat dalam rangka mencari ilmu sekaligus
menyiarkan agama Islam. Ki Ageng Wanasaba merupakan cucu dari Prabu
Brawijaya V, Raja Majapahit dan merupakan putra Raden Bondan Kejawan,
Lembu Peten , putra Brawijaya V yang menikah dengan Nawangsih, dan
Nawangsih sendiri putri dari Ki jaka Tarub yang menikah dengan Dewi
Nawang wulan ( epos Jaka Tarub ).
Ki Ageng Wanasaba mempunyai Putra yaitu Pangeran Made Pandan, nama lain dari Ki Ageng Pandanaran. Pangeran Made Pandan mempunyai
putra Ki Ageng Pakiringan yang mempunyai istri bernama Rara Janten.
Dari pasangan ini mempunyai empat Putra yaitu Nyai Ageng Laweh, Nyai
Ageng Manggar, Putri dan Ki juru Mertani.
Situs
makam Ki Ageng Wanasaba saat ini dipugar, dikeramatkan dan dijaga
dengan baik oleh warga sekitar. Lokasi situs ini sangat dihormati oleh
masyarakat, karena KI Ageng Wanasaba merupakan tokoh penyebar agama
islam dan sekaligus cikal bakal dari desa Plobangan Selomerto kabupaten
wonosobo. Di sekitar makam Ki Ageng Wanasaba terdapat tiga makam kuno. Konon tiga makam itu juga merupakan pendahulu, seorang ulama yang sejaman dengan Ki Ageng Wanasaba.
2.
Ki Ageng Getas Pendawa, yang nama aslinya adalah Kyai Ageng Abdullah
atau yang disebut Raden Depok adalah saudara kandung beliau, Ki Ageng
Getas Pendawa merupakan kakak kandung Nyai Ageng
Ngerang yang kedua. Ki Ageng Getas Pendawa juga seorang yang hebat,
berwibawa dan karismatik serta sangat sederhana dalam hidup dan
kehidupan manusia.
Beliau juga seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa, oleh karena itu beliau disebut Ki Ageng Getas Pendawa. Beliau sangat tangguh dan konon sangat kuat dalam riyadhoh / tirakat, mengolah batin untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dengan harapan bisa menenangkan diri dan
dapat menyebarkan agama islam dengan ikhlas, tulus dan berhasil. Makam
beliau juga dikeramatkan oleh warga sekitar. Makam Ki Ageng Getas
Pandawa ada di desa Kuripan Purwodadi, Grobogan.
Ki
Ageng Getas Pendawa mempunyai putra yang bernama Ki Ageng Sela, Nyai
Ageng Pakis, Ki Ageng Purna. Ki Ageng Kare, Ki Ageng wanglu, Ki Ageng
Bokong dan Ki Ageng Adibaya. Sedangkan Ki Ageng Sela mempunyai Putra KI
Ageng Enis dan Ki Ageng Enis menurunkan putra yang bernama Ki Ageng Pemanahan.
BAB III
PERISTIWA DAN KERAMAT BELIAU
Nyai
Ageng Ngerang disamping merupakan keturunan bangsawan / darah biru dari
kerajaan Majapahit, Prabu Kertabumi, juga seorang waliyullah yang
selalu belajar dan memperdalam ilmu pengetahuan agama dengan tekun,
sering pula beliau melatih jiwa dengan tirakat dan riyadhoh yang tak
kunjung berhenti dan selalu istiqomah.
Disebelah
selatan makam beliau ada sebuah tempat yang syarat dengan mistis, yang
masyarakat sekarang menamakanya dengan istilah ‘Punthuk’ tempat
ini merupakan tempat bertapa, meditasi dan munajat beliau kepada Allah
SWT, sehingga mendapatkan ketenganan jiwa dan derajat yang mulia disisi
Allah, Tempat tersebut sampai sekarang tidak ada tumbuhan yang dapat bersemi dan berkembang.
Disebelah utara
makam beliau juga terdapat sebuah tempat yang bernama Muludan, ditempat
itu penuh dengan sejarah, disamping sebagai bekas peninggalan masjid
dan padepokan beliau. Beliau juga sering mewujudkan kecintaanya kepada
Rasulullah dengan banyak melantunkan sholawat dan pembacaan maulid nabi
Muhammad ditempat itu. Oleh Karena itu Beliau mendapat julukan dengan sebutan Pecinta Maulid Sejati.
Muludan
sebuah tempat yang tidak begitu laus arealnya, kurang lebih sekitar 10
m², walaupun demikian, dengan kemulyaan dan keramat beliau, yang
diberikan oleh Allah SWT, membuat tempat itu dapat menampung seluruh warga dukuh Ngerang ketika mengadakan ritual sedekah bumi dan lain sebagainya.
Dengan begitu, karena banyaknya
pengabdian dan pelatihan serta pembersihan jiwa dihadapan sang kholiq,
membuat beliau diberikan fasilitas dan keistimewaan oleh Allah, berupa keramat
(Kemuliaan disisi Allah). Menurut beberapa sumber yang telah
diwawancarai oleh penulis, bahwa beliau banyak memiliki keramat
diantaranya :
1. Shohibul Maqbaroh yakni keberadaan beliau setiap saat, apabila beliau dikehendaki untuk datang dan dibacakan
surat fatihah kemudian dihadiahkan kepada Rasul kemudian beliau,
insyaAllah beliau akan datang menemuinya, bagi yang dikehendaki oleh
Nyai Ageng Ngerang dengan melihat kebersihan dan kesucian hati orang
tersebut[1].
2. Beliau
punya khadam yang berupa kuda yang disebut “Jaran Sembrani”, jikalau
beliau bebergian untuk berdakwah selalu naik kuda tersebut, konon warga
Ngerang tidak boleh memiliki peliharaan kuda, sebab bisa dikatakan
menandingi kuda beliau, dengan melihat fakta, bahwa ketika ada acara
haul Nyai Ageng Ngerang, dan pada saat dan waktu kirab luwur berlangsung, ada sebagian orang yang ikut kirab tersebut sambil membawa
kuda. Dan kuda tresebut, setelah masuk halaman makam kemudian kuda itu
langsung berontak dan negar – negar (mengangkat kepala dan kaki depan)
serta langsung berbalik arah. Seakan-akan minta cepat kembali dari makam itu[2].
3. Beliau juga punya khadam yang berupa Lembu Peteng, harimau. Setiap
kali ada acara haul Nyai Ageng Ngerang, Lembu tersebut kerap datang dan
lewat kerumunan orang banyak dan bersama-sama ikut kirab luwur,
walaupun demiikian tidak ada satupun orang yang tahu akan kehahadiranya
ditengah – tengah orang. Akan tetapi bagi orang yang disayang dan
dicintai beliau, dapat mengetahui dan melihat keberadaan Khadam yang berupa lembu tersebut[3].
4. Beliau
juga pewaris sendang widodari dari neneknya Nawang Wulan, disamping itu
beliau dapat warisan Slendang Kemben, slendang tersebut yang dapat
membentuk tanah / bumi Ngerang, sehingga tanah / bumi Ngerang
berada dimana-mana. Ketika beliau ada masalah wilayah yang menjadi
kekuasaanya dengan raja – raja dan penggede di tanah jawa dengan
direndahkan sebagai seorang wanita tidak bisa kemana – mana atau sempit
langkahnya dan sedikit wilayahnya, oleh karena
itu slendang beliau disambarkan keatas dan langsung mengeluarkan api,
dan api tersebut menyisahkan abu atau langes. Dimanapun tempat yang
kejatuhan langes tersebut, maka tanah yang terkena langes slendang
kemben akan menjadi tanah Ngerang, konon tanah Ngerang tersebut, tidak
ada yang kuat menempati dan memanfaatkanya, karena banyak problem
kehidupan yang tidak kunjung hilang, kecuali orang Ngerang dan anak
serta cucu Nyai Ageng Ngerang yang kuat menempatinya[4].
5. Beliau
juga mempunyai khadam yang berupa hewan banteng, menurut cerita
masyarakat, ketika beliau bertani dan bercocok tanam, tiba – tiba lahan
pertanian yang digarab oleh beliau diserang segrombolan banteng dan
mengamuk serta ingin merusak tanaman, tapi alhamdulillah dengan ijin
Allah beliau dapat mengalahkan dan akhirnya banteng tersebut tunduk
serta diberikan minum yang diambil dari Sendang Putih. Sendang putih
keberadaan tempatnya sekarang di dusun mbanger Mojo Mulyo Tambakromo
Pati. Sendang tersebut banyak orang yang
mengambil berkah dan dijadikan obat penyembuhan segala penyakit.
Kemudian Banteng tersebut menjadi khadam beliau. Oleh karena itu
disebelah selatan makam beliau, jurusan dusun Seleneng, ada sawah yang namanya “sawah bantengan”.[5]
6. Beliau
kemana – mana selalu diikuti angin, suara gemuruh angin yang menjadi
kendaraan beliau. Dengan istillah angin maka itu menjadi ciri khas
Beliau, beliau dapat mencegah dan mendatangkan angin. Konon bagi
siapapun yang mempunyai nazar ( uni / janji ) kepada Allah lantaran
beliau dan tidak mau menepati janjinya karena sudah berhasil maksud dan
tujuanya , maka akan datanglah angin yang dapat memporak-porakdakan desa
tersebut. Beliau juga mempunyai genteng yang dipercaya dan diyakini
oleh banyak orang dapat tolak hujan, akan tetapi setelah pinjam genteng
tersebut harus dikembalikan. Jika tidak dikembalikan kepada beliau maka
akan diporak-porakdakan desa tersebut dengan angin yang menjadi
kebesaran beliau. Seperti yang didengar oleh
penulis sendiri. Tepatnya didaerah Kayen ketika dilanda angin puting
beliung, ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa ada sebagian
masyarakat yang telah pinjam genteng Nyai Ageng Ngerang untuk keperluan
tertentu, tapi setelah hasil maksud dan tujuan, akhirnya tidak mau
mengembalikan genteng tersebut, maka desa itu dilanda angin puting
beliung[6].
7. Keramat
beliau yang lain, berhubungan dengan kain luwur. Setiap 1 Muharram
sering diganti yang baru dan luwur yang lama dilelang. Banyak orang yang
mengatakan bahwa barkah dari luwur tesebut sangat luar biasa. Dari
beberapa sumber yang didapatkan oleh penulis, ada seorang yang sedang
merantau di Malaysia. Orang tersebut tidak punya Paspor, karena tanpa
sengaja paspor tersebut hilang. Walaupun demikian orang tersebut punya
keinginan untuk pulang ke Indonesia dan takut karena tidak punya paspor,
maka dia mengambil berkah dengan kain / luwur Nyai Ageng Nngerang,
alhamdulillah di Bandara tidak menemukan masalah / tertangkap oleh
Polisi Diraja Malaysia. Ada juga Rombongan Satu Bus, yang sedang dalam
perjalanan menuju Sumatera karena merantau untuk mengais rizki disana,
akan tetapi ditengah perjalanan, tiba-tiba bus oleng dan terperosok
kejurang. Alhamdulillah dengan berkah kain / Luwur Nyai Ageng Ngerang
para penumpang tersebut tidak ada yang luka serius dan selamat semua.
Juga ada peristiwa kapall tenggelam dan diantara penumpang tersebut ada
yang membawa kain / luwur Nya Ageng Ngerang, alhamdulillah walaupun
sudah tiga hari diombang - ambing ombak di tengah laut. Tetapi selamat
atas berkah dan lantaran Nyai Ageng Ngerang. Dan akhirnya orang tersebut
bersyukur kepada Allah dan datang kemakam Nyai Ageng Ngerang untuk
mengucapkan terimakasih dan memberikan sedekah. Ada juga ketika ditengah
hutan, tepatnya di Sumatra. Ada seekor babi hutan sedang mengamuk, akan
tetapi senjata apapun tidak ada yang mempan untuk melukai binatang itu,
akan tetapi ada sebagian orang memiliki kacu
dari makamnya beliau, kemudian kacu itu diikatkan dengan senjatanya.
Setelah dilemparkan ternyata dapat melukai hewan tersebut, termasuk kacu
tersebut dapat dipakai untuk menyembelihnya. Begitu banyaknya manfaat
dan berkah dari kain / luwur makam Nyai Ageng Ngerang yang tidak bisa
disebutkan semau oleh penulis karena sudah terlalu banyaknya keramat
beliau. Sehingga Banyak orang yang antusias dan mencari kain tersebut
untuk dijadikan wasilah, karena beliau dekat dengan Allah, sehingga
permintaan kepada Allah lantaran Nyai Ageng Ngerang mudah dikkabulkan
oleh Allah SWT. Semua itu demi keselamatan, usaha mencari ma’isyah
(harta benda) untuk menafkahi keluarga. Banyak orang yang mengharapkan
berkah dan manfaat dari orang suci dan waliyullah Nyai Ageng Ngerang.
Yang penting semua itu, tidak menyebabkan musyrik (menyekutukan
Allah), begitu juga tidak dipergunakan untuk berbuat sombong didalam
hidup dan kehidupan manusia, karena Nyai Ageng Ngerang Tidak senang dan benci dengan Sifat yang demikian tersebut[7].
8. Keramat
beliau yang tak kalah pentingnya adalah Karak / Nasi khusus yang telah
didoakan di makan Nyai Ageng Ngerang. Nasi tersebut banyak orang yang
percaya dan meyakininya denga penuh dengan berkah dan banyak manfaatnya,
antara lain untuk pengobatan, usaha dan lain sebagainya. Ada yang lebih
khusus lagi yaitu dipergunakan untuk tolak angin / terhindar dari angin
kencang, ketika ada angin kencang, karak tersebut kemudian dilemparkan
didepan rumah / atau keatas genteng serta bertawasul kepada Rasulullah
dan kemudian Nyai Ageng Ngerang, insyaAllah terhindar dari angin kencang
tesebut / angin tersebut menghindar
dan lari dari rumah yang bersangkutan[8
WAFAT DAN HAUL BELIAU
Melihat sosok Nyai Ageng Ngerang sebagai seorang yang suci, berketurunan darah biru dan sekaligus sebagai Waliyullah. Membuat dusun Ngerang akan menjadi maju dalam pembangunan mental dan spiritual.
Kehadiran
Nyai Ageng Ngerang di dusun Ngerang dapat mewarnai dalam bentuk
kehidupan, desanya dapat dijadikan bekal yang sangat berharga untuk
meraih masa depan yang lebih baik bagi warga dusun Ngerang khususnya,
dan seluruh kaum muslimin ummnya. Dalam hal ini tampak jelas, bahwa
dengan melihat potret keberadaan dusun Ngerang, keberadaan dusun
tersebut sekarang sudah dikenal sebagai desa santri, karena banyak TPQ
dan Banyak Pesantren dikelak kemudian.
Ini
semua bisa diambil sebgai mauidhah dan pelajaran yang sangat berharga
dalam berdakwah, bahwa islam bukanlah sebuah ajaran yang hanya diyakini
dan dipahami belaka, melainkan harus dengan berbagai cara dan susah
payah dalam perjuangan dan penegakan serta pemeliharaanya, supaya syariat islam dapat dilaksanakan dengan exis dan istiqomah demi untuk mencapai ibtigha’an fi mardhotillah.
Dengan Qodho dan taqdir Allah SWT. Kembalilah beliau, almarhum kepangkuan-Nya dengan tenang, “ Inna Lillahi Wa Inna ilaihi Rajiun”,
Kita semua kaum muslimin yang ditinggalkkan merasa sekali dilubuk
sanubari yang tulus, betapa kita telah sangat kehilangan seorang tokoh
besar, keturunan darah biru dan sekaligus Waliyullah, sangat berjasa
untuk merintis dan mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang luhur dan
sangat mulia.
Walaupun
beliau telah wafat dan meninggalkan kita semua, tapi tak akan lapuk dan
hilang begitu saja dalam dada sebagai murid dan anak cucu beliau, untuk
selalu memelihara dan memakmurkan serta menyuburkan apa yang beliau
tanam. Sehingga peninggalan beliau yang sangat berharga itu, benar –
benar menjadi bermanfaat untuk selamanya.
Ngerang
yang sekarang sudah tidak merupakan hutan lagi dan tidak ada penghuni,
sekarang menjadi subur dan makmur yang selalu memancarkan cahaya iman
dan taqwa, tiang dan panji serta kejayaan Islam akan menjadi jaya dan merdeka dari belenggu Penjajah, baik berupa manusia maupun syaitan.
Di
dusun Ngerang telah berdiri berbagai lembaga Formal maupun nonformal
dari tingkat PAUD. TK dan Sekolah Dasar sampai kepada tingkat Menengah
Keatas. Semua itu adalah merupakan buah dari Perjuangan beliau, yang
dalam usahanya tidak lepas dari berbagai rintangan dan tantangan yang
berat. Penghargaan dan ucapan terimakasih selama ini yang kita berikan
kepada beliau, sama sekali beum mencukupi, jika dibandingkan dengan jasa
– jasa perjuangan yang beliau hadiahkan dan persembahkan kepada umat
islam. Hanya kepada allah SWT kita memohon, semoga beliau selalu
mendapat maqfiroh, rahmat dan balasan yang mulia serta layak disisi Allah AWT. Amin.
Jenazah beliau dimakamkan di dusun Ngerang, dibawah lereng gunung Kendeng yang udaranya sangat
segar dan sejuk. Hari tanggal wafat beliau tidak dapat diketahui secara
pasti, karena terlalu panjang kurun hidup beliau dengan sekarang sampai
ratusan tahun, namun setiap tanggal 1 Syuro / Muharram diperingati
sebagai hari haul / ulang tahun beliau.
wah sejarah menarik nih
BalasHapusya mas sialnya sejarah harus tetap di ingat dan di sebar luaskan....
Hapus