SEJARAH DUKUH MBOWONG BESERTA PUNDENYA
Jaman dahulu kala ada seorang guru yang bernama Nyai Jati Sari.
Nyai jati sari
adalah seorang guru yang mempunyai kesaktian yang sangat hebat. Alkisah Pada
suatu hari
Nyai Jati Sari ingin berkelana bersama enam
(6) muritnya dengan mengendarai kuda dan mereka pun beristirahat di sebuah
hutan. Pada saat itu Nyai Jati Sari menyuruh para muritnya untuk membersihkan
hutan persinggahanya tersebut untuk dijadikan tempat peristirahatan dan
bermusyawarah. Setelah dibersihkannya hutan persinggahan tersebut dibuatlah
sebuah pondokan kecil untuk dijadikan tempat berteduh. Nyai Jati Sari beserta
enam (6) muritnya dan Kuda-kudanya. Setelah pondokan itu jadi tiba-tiba
disekitar pondokan tersebut keluarlah sumberan mata air yang keluar dari sebuah
batu yang berbentuk Kendi.
Suatu
hari ketika kuda yang ditunggangi oleh Nyai Jati Sari berjalan disekitar
pondokan, kuda tersebut melintasi sumber atau mata air tersebut kemudian air
sumberan tersbut diminum oleh kuda tersebut dan air yang semula keluar sangat
kecil kemudian perlahan menjadi semakin besar dan besar dari detik kedetik
sehingga menjadi sungai yang mengalir.
Pondokan
Nyai Jati Sari sendiri berdiri pada tahun 1937 dan daerah pondokan Nyai Jati
Sari pun di datangi oleh penduduk lain yang jumlahnya kurang lebih sepuluh (10)
orang. Daerah tersebut sangat tentram dan aman-aman saja sewaktu ikut bermukim
disitu.
Hingga
suatu hari ketika para pendatang lain sedang melakukan aktifitas tiba-tiba
melihat adanya pesawat yang disebut dari Londho (BELANDA) yang ingin menjajah.
Ketika pesawat itu terbang dan melintas di atas pondoan Nyai Jati Sati
tiba-tiba pesawat tersebut berhenti da kemudian meledak setelah beberapa menit.
Setelah mengetahui salah satu dari beberapa puluhan pesawat ada yang meledak
dan jatuh di sekitar pondokan Nyai Jati Sari kemudian pesawat Belanda pun turun
semua di tempat yang lumayan luas dan tidak jauh dari pondokan Nyai Jati Sari.
Jenderal
dari pasukan Belanda pun mengancam dan mengajak perang dengan penduduk yang
tinggal di sekitar pondokan Nyai Jati Sari tersebut tetapi penduduk tersebut
tidak berontak dan tidak berani melakukan apa-apa. Mereka hanya diam saja
karena heran dengan benda yang jatuh dari atas dan meledak yang di tumpangi
oleh Belanda tersebut.
Karena
warga tidak melakukan apa-apa dan hanya diam saja dan pasikan Belanda pun tidak
menghasilkan apa-apa kemudian pasukan Belanda kembali ke tempat mereka
mendaratkan pesawatnya dan memutuskan untuk pergi dari sekitar pondokan Nyai
Jati Sari.
Setelah
kepergian pasukan Belanda, enam (6) murit Nyai Jati Sari kembali ke pondokan
Nyai Jati Sari untuk bermusyawarah untuk mengatur setrategibagaimana caranya
melawan pasukan dari Belanda tersebut kalau-kalau mereka kembali.
Setelah
itu Nyai Jati Sari pun mengumumkan untuk bersiap-siap untuk menyiapkan senjata
kepada para penduduk kalau-kalau pasukan dari Belanda tersebut kembali lagi.
Pemikiran Nyai
Jati Sari pun benar-benar terjadi, pasukan Belanda pun kembali mendatangi
Pemukiman daerah Nyai Jati Sari untuk menyerang. Setelah pasukan Belanda
menyerang penduduk Lainya pun tidak tinggal diam dan dilawanlah pasukan Belanda
tersebut dengan menggunakan Bambu Runcing sehingga pasukan Belanda pun
menyerah.
Dan dari
kejadian perang antara warga pendatang beserta Nyai Jati Sari dengan pasukan
Belanda tersebut yang menjadikan pasukan Belanda keteteran, para pasukan
Belanda pun tidak berani mendatangi bahkan menginjak wilayah sekitar pondokan
Nyai Jati Sari lagi dan akhirnya pasukan Belanda pun pergi ke tempat lain.
Setelah Nyai
Jati Sari dan penduduk memenangkan perang tersebut kemudian Nyai Jati Sari pun
mengajak enam (6) muritnya untuk kembali kepondokan untuk bermusyawarah
kembali. Dari musyawarah tersebut Nyai Jati Sari dan keenam (6) muritnya
memutuskan untuk mengejar pasukan Belanda. Akhirnya Nyai Jati Sari memutuskan
untuk meninggalkan pondokan dari daerah itu dan mejadikan daerah tersebut desa.
Keesokan harinya
Nyai Jati Sari mendoakan pondokan tersebut agar bisa terhindar dari mara bahaya
dan memberikan nama untuk daerah pondokan tersebut dengan nama “MBOWONG”.
Diberi nama
“MBOWONG” karena sewaktu pertama kali diserang oleh para pasukan Belanda
penduduk di daerah tersebut melolak-melolok tidak bisa apa-apa dan sampai
sekarang pun Pundeng Nyai Jati Sari masih dirawat oleh warga dan desa tersebut
sampai sekarang pun masih bernama “MBOWONG”.
Desa “MBOWONG”
terletak disebelah timur desa Krasak, sebelah barat Ploso Kunung, sebelah
selatan desa Ngawen, sebelah utara desa Ngajaran di desa SUKOLILO.
Sekian, cekap semanten, terima
kasih dan maturnuhun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar