Sabtu, 04 Oktober 2014

sejarah desa Bowong

                      SEJARAH DUKUH MBOWONG BESERTA PUNDENYA


 

            Jaman dahulu kala ada seorang guru yang bernama Nyai Jati Sari.
Nyai jati sari adalah seorang guru yang mempunyai kesaktian yang sangat hebat. Alkisah Pada suatu hari
Nyai Jati Sari ingin berkelana bersama enam (6) muritnya dengan mengendarai kuda dan mereka pun beristirahat di sebuah hutan. Pada saat itu Nyai Jati Sari menyuruh para muritnya untuk membersihkan hutan persinggahanya tersebut untuk dijadikan tempat peristirahatan dan bermusyawarah. Setelah dibersihkannya hutan persinggahan tersebut dibuatlah sebuah pondokan kecil untuk dijadikan tempat berteduh. Nyai Jati Sari beserta enam (6) muritnya dan Kuda-kudanya. Setelah pondokan itu jadi tiba-tiba disekitar pondokan tersebut keluarlah sumberan mata air yang keluar dari sebuah batu yang berbentuk Kendi.
                Suatu hari ketika kuda yang ditunggangi oleh Nyai Jati Sari berjalan disekitar pondokan, kuda tersebut melintasi sumber atau mata air tersebut kemudian air sumberan tersbut diminum oleh kuda tersebut dan air yang semula keluar sangat kecil kemudian perlahan menjadi semakin besar dan besar dari detik kedetik sehingga menjadi sungai yang mengalir.
                Pondokan Nyai Jati Sari sendiri berdiri pada tahun 1937 dan daerah pondokan Nyai Jati Sari pun di datangi oleh penduduk lain yang jumlahnya kurang lebih sepuluh (10) orang. Daerah tersebut sangat tentram dan aman-aman saja sewaktu ikut bermukim disitu.
                Hingga suatu hari ketika para pendatang lain sedang melakukan aktifitas tiba-tiba melihat adanya pesawat yang disebut dari Londho (BELANDA) yang ingin menjajah. Ketika pesawat itu terbang dan melintas di atas pondoan Nyai Jati Sati tiba-tiba pesawat tersebut berhenti da kemudian meledak setelah beberapa menit. Setelah mengetahui salah satu dari beberapa puluhan pesawat ada yang meledak dan jatuh di sekitar pondokan Nyai Jati Sari kemudian pesawat Belanda pun turun semua di tempat yang lumayan luas dan tidak jauh dari pondokan Nyai Jati Sari.
                Jenderal dari pasukan Belanda pun mengancam dan mengajak perang dengan penduduk yang tinggal di sekitar pondokan Nyai Jati Sari tersebut tetapi penduduk tersebut tidak berontak dan tidak berani melakukan apa-apa. Mereka hanya diam saja karena heran dengan benda yang jatuh dari atas dan meledak yang di tumpangi oleh Belanda tersebut.
                Karena warga tidak melakukan apa-apa dan hanya diam saja dan pasikan Belanda pun tidak menghasilkan apa-apa kemudian pasukan Belanda kembali ke tempat mereka mendaratkan pesawatnya dan memutuskan untuk pergi dari sekitar pondokan Nyai Jati Sari.
                Setelah kepergian pasukan Belanda, enam (6) murit Nyai Jati Sari kembali ke pondokan Nyai Jati Sari untuk bermusyawarah untuk mengatur setrategibagaimana caranya melawan pasukan dari Belanda tersebut kalau-kalau mereka kembali.
                Setelah itu Nyai Jati Sari pun mengumumkan untuk bersiap-siap untuk menyiapkan senjata kepada para penduduk kalau-kalau pasukan dari Belanda tersebut kembali lagi.
Pemikiran Nyai Jati Sari pun benar-benar terjadi, pasukan Belanda pun kembali mendatangi Pemukiman daerah Nyai Jati Sari untuk menyerang. Setelah pasukan Belanda menyerang penduduk Lainya pun tidak tinggal diam dan dilawanlah pasukan Belanda tersebut dengan menggunakan Bambu Runcing sehingga pasukan Belanda pun menyerah.
Dan dari kejadian perang antara warga pendatang beserta Nyai Jati Sari dengan pasukan Belanda tersebut yang menjadikan pasukan Belanda keteteran, para pasukan Belanda pun tidak berani mendatangi bahkan menginjak wilayah sekitar pondokan Nyai Jati Sari lagi dan akhirnya pasukan Belanda pun pergi ke tempat lain.
Setelah Nyai Jati Sari dan penduduk memenangkan perang tersebut kemudian Nyai Jati Sari pun mengajak enam (6) muritnya untuk kembali kepondokan untuk bermusyawarah kembali. Dari musyawarah tersebut Nyai Jati Sari dan keenam (6) muritnya memutuskan untuk mengejar pasukan Belanda. Akhirnya Nyai Jati Sari memutuskan untuk meninggalkan pondokan dari daerah itu dan mejadikan daerah tersebut desa.
Keesokan harinya Nyai Jati Sari mendoakan pondokan tersebut agar bisa terhindar dari mara bahaya dan memberikan nama untuk daerah pondokan tersebut dengan nama “MBOWONG”.
Diberi nama “MBOWONG” karena sewaktu pertama kali diserang oleh para pasukan Belanda penduduk di daerah tersebut melolak-melolok tidak bisa apa-apa dan sampai sekarang pun Pundeng Nyai Jati Sari masih dirawat oleh warga dan desa tersebut sampai sekarang pun masih bernama “MBOWONG”.
Desa “MBOWONG” terletak disebelah timur desa Krasak, sebelah barat Ploso Kunung, sebelah selatan desa Ngawen, sebelah utara desa Ngajaran di desa SUKOLILO.



Sekian, cekap semanten, terima kasih dan maturnuhun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar